A. Perkembangan Islam di Thailand
Sebelum Islam masuk dan berkembang di Thailand, masyrakat disana telah menganut suatu kepercayaan yang kuat yaitu hinduisme dan Budhaisme. Mengenai masuknya Islam ke Thailand ada beberapa pendapat para ahli sejarah. Pada abad ke 10 Islam masuk di daerah Thai dan masuknya Islam disana merupakan negeri Melayu yang pertama menerima Islam, hal ini dibuktikan dengan adanya catatan sejarah Dinasti Sung.S.Fatmi dalam buku “Islam comes To Malaya”. Disana dijelaskan bahwa Wekh yang berasal dari Pattam menjalankan perdagangan.
Islam adalah agama kedua yang cukup penting di Muangthai, menurut gambaran resmi, masyarakat Muslim merupakan kelompok minoritas dalam kerajaan. Menurut Geertz bahwa pemurnian agama dalam masyrakat islam yang biasanya bersama dengan meningkatnya kesadaran politik, menurut pusuwan, berlaku pada situasi di 4 profinsi di Muangthai selatan sepanjang sejarah ketertiban bangsa Thai dengan masalah- masalah kaum Muslim Melayu, Islam dengan symbol- simbolnya yang kaya telah digunakan sebagai daya penyatu yang kuat yamg menjatuhkan mereka dari arus utama penduduk etnis Thai.
Selanjutnya ikut campur pemerintah dengan urusan social keagamaan umat semakin kuat. Hukum islam yang berkaitan dengan masalah perkawinan dan waris dimodifikasi dan diterjemahkan pengadilan atas dasar syari’ah dibentuk propinsi- propinsi selatan dan hakim- hakim Muslim ditunjuk tetapi hanya mendampingi hakim- hakim Thai dalam masalah- masalah keluarga. Serangkaian protes terhadap campur tangan pemerintah ini mengarah pada suatu pemberontakan.
Masyarakat Muslim Muangthai sebagian besar berlatang belakang pedesaan kebanyakannya dari mereka bekerja sebagai petani. Di daerah selatan, mereka kebanyakan bekerja sebagai petani. Di Bangkok dan pusat perkotaan lainnya, sebagian besar kaum Muslim bekerja sebagai pedagang, buruh, tukang dan pegawai negeri. Terdapat pula sekelompok kaum Muslim professional yang bekerja sebagai anggota pasukan kepolisian ataupun sebagai anggota militer. Secara keseluruhan, profil ekonomi kaum Muslim tidak jauh berbeda dengan orang lainnya yang beragama Budha. Dibidang politik, persoalan masyrakat Muslim Melayu yang ingin memisahkan diri sangat meresahkan kerajaan. Gerakan pemberontakan separatis Melayu Muslim melahirkan sejumlah organisasi seperti :
1. Pattani United Liberatiom Organization ( PULO )
Merupakan kelompok yang paling terkenal dan terorganisir. Didirikan oleh seorang aristocrat. PULO dibidang praktis dalam kebijaksanaannya. Tujuannya adalah menyatukan semua fraksi- fraksi yang aktif melawan imprealisme Thai nampak ditujukan kepada semua masyarakat Melayu.
2. Barisan Nasional Pembebasan Pattani ( BNPP )
Merupakan kelompok tertua, yang didirikan oleh seseorang aristocrat Melayu barisan ini adalah kelompok islam konservatif dan dipercaya punya hubungan yang dekat dengan partai islam se Malaysia (PAS ) yang pernah dikuasai di Negara tetangga Kelantan.
3. Barisan Revolusi Nasional ( BRN )
Didirikan oleh seorang guru agama, punya suatu sikap yang didasarkan pada ajaran kiri, karena diduga beraliansi dangan partai komunis Malaysia ( CPM ) BRN nampak kurang menerima dukungan dari rakyat.
4. Kelompok Sabilillah ( Jalan Allah )
Adalah kelompok berbasis kota yang muncul selama demontrasi- demontrasi besar yang dilakukan Pattani di penghujung tahun 1975 dan awal tahun 1976
Setelah adanya Reformasi pada Raja Roma V Pemerintah Muangthai memberikan kemerdekaan kaum Muslimin untuk melaksanakan syari’ahnya dan kegiatan dakwahnya. Namum bersamaan dengan itu berbagai upaya dilakukan untuk mengkikis islam baiuk secara politik maupun cultural. Namum banyaknya simpatisan kelompok orang Melayu yang merasa senasib dan sepenanggungan maka Islam di Muangthai terus berkembang.
B. Kesadaran Umat Islam
Professor Wilfred cantwell Smith, dalam studi klasiknya tentang Islam dalam Sejarah modern, menunjukkan bahwa Muslim minoritasv di India menghadapi masalah yang belum pernah terjadi disejartah islam bagaimana hidup sejajar dengan nonMuslim dinegara yang sama. Dalam sejarah, orang Muslim melihat Islam sebagai system pendekatan mencakup semua aspek kehidupan Muslim, membuat tidak ada perbedaan antara duniawi dan agama dan satu dasar keyakinan mereka adalah Muslim tidak akan menjadi muslim sepenuhnya tanpa menyatakan pernyataannya sendiri.” Muslim” ditulis oleh prefesor Smith, “memiliki kekuatan politik atau tidak, tidak akan pernah sebelum mereka membaginya dengan yang lain.
Kenyataannya banyak Muslim di Thailand percaya bahwa mustahil untuk menyatukan kewarganegaraan mereka dengan ketaatan terhadap islam menerangkan keberadaan gerakan separatis muslim yang mencekam diperang grilia dengan pemerintahan didua Negara ini. Para separatis mencari kemerdekaan, meskipun pada akhirnya beberapa mereka menyatu dengan Malaysia. Tapi kenyataannya tanah air mereka secara internasional dikenal sebagai bagian dari wilayah Thailand dan sedikit kemungkinan bahwa kaum separatis bias sukses dalam pengambilan alihan propinsi- propinsi bagian Tenggara di Negara tersebut.
Menolong muslim untuk melihat diri mereka sendiri sebagai pathner sepenuhnya dalam pembangunan nasional dan berhak atas leluhur nasional Negara mereka masing- masing. Ini akan meminta kesabaran dan kebaikan yang dimiliki oleh orng Kristen dan Buddha, tapi alternatifnya adalah kelanjutan melemahnya ketegangan dan konflik yang cukup lama terjadi di bagian Tenggara Thailand.
C. Integrasi Untuk Konsolitas
Penyatuan secara politik daerah Muslim kedalam Thailand adalah hasil akhir akhir perjuangan. Di permulaan sepermpat akhir abad ke 16 , orang Spanyol bertempur di “ Perang Moro” selama tiga ratus tahun sebelum kesultanan Islam di Mindanao dan sulu enggan mengakui kefaulatan orang spanyol. Dan di duacade pertama abadini, orang amerika dengan orang spanyol mengharuskan untuk membantu beberapa biaya untuk kampanye militer untuk memenangkan muslim Pilipina. Orang Siam berusaha untuk menaklukkan bangsa Melayu bagian utara penezuela di akhir abad ke 13 masa pemerintahan raja Ramakham haeng sukhothai tapi itu tidak sampai abad ke 19, setelah banyak pertumpahan darah dan tipu daya, Thailand ( yang kemudian disebut dengan siam) menjadi orang yang berdaulat didaerah itu. Motif orang Thailand pada integrasi cultural minoritas orang mereka termasuk muslim agak kompleks. Sebenarnya motif utama adalah keinginan alami untuk menempa kesatuan bangsa untuk melawan kekuatan senrifugal kedaerahan dan kesukuan. Sebagai tambahan, ada ketidakjelasan misi sivilisatris pada sebagian mayoritas Kristen dan Budha dengan non Kristen dan non budha di Negara ini. Tidak ada pertanyaan orang mayoritas sebagai orang yang terbelakang dan tidak maju
Muslim menemukan implikasi kebijaksanaan integrasi dan program menyakitkan hati. Kerajaan Thailand bukan Negara sekuler, pada abad 20, hokum Negara, termasuk semua konstitusi sejak 1934, mengizinkan kebebasan agama dalam hal ini mirip dengan yang ada di Negara demokrasi sekuler. Raja, adalah kepala titular di agama Buddha Thailand, juga “pelindung” bagi agama non Buddha di Negara. Muslim Thailand memiliki banyak kekhawatiran terhadap kebudayaan dan gaya hidup mereka ( kelihatan bagi mereka sebagai integral terhadap agama mereka ) kebijaksanaan integrasi dan program pemerintah Thailand.
Muslim dibagian selatan dikucilkan jika memakai pakaian Melayu dan diwajibkan memakai nama Thailand jika mereka masuk sekolah negeri atau bekerja di pemerintahan. Bahasa Melayu dilarang untuk diajarkan disekolah umum atau melakukan transaksi di kantor pemerintahan. Pembatasan dilakukan pada praktis islam dan ketentuan kasus untuk penerapan hukum Islam, yang berhubungan dengan pernikahan dan warisan dihapuskan. Aturan yang menjengkelkan ini mulai pudar ketika Phibun digulingkan pada tahun 1944, tapi muslim Thailand sudah sepenuhnya bangkit menentang pemerintahan.
D. Tingkah Laku Negatif
Di Philipina dan Thailand muslim minoritas popular dengan sebutan Moros dan Khaek. Kedua istilah ini memiliki konotasi merendahkan dan mensimbolkn ketidak nyamanan posisi umat Muslim berhadapan dengan mayoritas. Muslim Philipina pertama dipanggil Moros oleh orang Spanyol di abad 16, setelah orang islam Afrika Utara Mourtanians ( moors ) dibawah kepemimpinan Arab menaklukkan dan mengatur Spamyol selama 8 abad. Studi tingkah laku di lima kota Philipina yang terletak diluar daerah Muslim baru- baru ini dilakukan oleh Dr. Rodolfo Bulatao, seorang ahli sosiologi terkemuka di Universitas Philipina. “sistematik random Sample’’ pada 1700 responden disebarkan didalam kelas yang terdiri dari beragam kelompok ethnic di Philipina mengacu kepada empat belas kategori, intelligent, ketekunan, persahabatan, kebaikan hati, kemajuan, kedamaian, kebersihan dll. Muslim Philpina berda ditingkat yang rendah disetiap kategori kecuali kategori hemat dan kekuatan fisik, pekerja keras.
Muslim Philpina dan Thailand melakukan hal yang sama terhadap penduduk mayoritas dan saling anti pati berjalan dari generasi kegenarasi. Dari sisi muslim antipasti tidak gampang permusuhanbarisan dan prasangka, tapi masalah agama. Pemerintahan dikedua Negara mengatakan bahwa mereka melawan penjajah Muslim.
E. Identitas Psikologi dan Sosial Politik
Muslim Thailand tidak mempunyai Muslim yang pintar mengenai ilmu agama, philosopi, dan permulasi resmi islam, tetapi kebanyakan dari mereka mengetahui pengajaran dasar dan tanggung jawab. Mereka sadar agama mereka mengatur semuanya mengikat mereka bersama- sama sebagai sebuah komoniti. Dalam waktu yang sama antara muslim di Philipina dan Thailand ada yang tekun mempelajari Islam, dan dari orang- orang ini muncul ulama.
Dari pandangan Muslim fundamental mencakup semua gerakan atau melindungi sebanyak mungkin umat islam. Semua muslim memiliki kebaikan menjadi muslim terhadap dunia Islam. Banyak yang merasa bahwa daerah muslim sekarang adalah diantara dar al Islam dan dar al Harb.dengan penuh harapan pemberian dari kedua belah sisi Muslim dan Non Muslim. Muslim Thailand hak asasi terhadap agama, kebudayaan dan tradisi, tempat tinggal dan sumber ekonomi mereka. Mereka berhak untuk mendapatkan hak ini. Muslim harus mengerti bahwa untuk kebaikan dan keburukan, kekuatan sejarah menjadi union dengan Negara Thailand
F. Kesimpulan
Masyarak muslim muangthai sebagian besar berlatar belakang pedesaan kebanyakan dari mereka bekerja sebagai petani. Didaerah selatan mereka kebanyakan bekerja sebagai nelayan,. Dibangkok dan pusat kota lainnya sebagian besar kaum muslim bekarja sebagai pedang, buruh, tukang dan pegawai negeri. Terdapat pula sekelompok kaum muslim yang propesional yang bekerja sebagai pasukan kepolisian maupun sebagai anggota militer. Secara keseluruhan profil ekonomi kaum muslim tidak jauh berbeda dengan orang lainnya yang beragama budha.
Dinegara dimana kebudayaan, agama dan bahasa minoritas memiliki sejarah yang panjang penyebab kesesuaian yang mungkin terbaik, jika kebijaksanaan membiarkan dalam semangat demokrasi, kebudayaan agama,pemerintahan legislatife dan administrasi thailan dan filifina mengakui bahwa muslim minorotas memiliki minat pendidikan dan social untuk akomodasi khusus tentu saja tidak untuk tujuan menentang hak dan kebebasan warganegara lainnya.
(Suhaimin, 2006. Cahaya Islam Di Ufuk Asia Tenggara. Pekan Baru, Suska Press)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar